Dengan mata yang
setengah redup, aku bangkit dari tempat tidur ku. Walaupun masih sangat
mengantuk, aku tetap melangkah menuju kamar mandi. Bahagia ku kini sudah sampai
di ubun ubun, karena hari ini acara capping day ku. Aku bergegas mandi dan
mempersiapkan segala kebutuhan ku.
Sama halnya
dengan teman teman se asrama ku, di pagi buta semua penghuni asrama sudah
bangun dan sibuk lalu lalang. Obrolan obrolan dan gelak tawa terdengar dari
setiap sudut kamar. Teman teman dikamar ku juga sudah mulai sibuk, menyapu
wajahnya dengan blush on, agar terlihat cantik di acara capping day nanti.
Seketika aku melesat mengikuti jejak mereka, mulai menyapu
wajah ku dengan blush on warna warni.
“yaps, perfect. Saatnya tampil”
Gumam ku dalam hati. Dan aku bergegas menuju lantai sepuluh
dengan teman teman ku.
Belum jadi aku melangkah tiba tiba handphone ku berdering.
“hallo assalammualaikum”
Sapa suara itu
“iya walaikum salam”
Jawab ku.
“gimana ndok acara capping day mu? Rame gag yang dateng”
“Alhamdulillah rame kok mak, banyak yang dateng. Emak sama
embaknya ndut juga dateng, temen temen yang lain keluarganya juga dateng”
“oh ya sudah, kamu jaga diri baik baik ya ndok. Maaf emak sama
bapak gag bisa dateng, kamu tau sendiri to adekmu sakit sakitan gag tega kalo
ninggalin”
“ia mak aku ngerti, ini juga Cuma sepintas acara capping day
jadi kalo gag dateng juga gag apa apa. Ya sudah salam ia buat semua yang ada
dirumah, jangan lupa do’ain aku. Assalammualaikum”
Dengan tangan gemetar aku menutup telepon itu. sedikit kecewa
dengan keduanya karena tak sempat hadir di acara bahagia ku ini. Seketika air
mataku melesat jatuh ke pipi. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal dihati ku,
sempat teriris mendengar mereka tidak hadir. Tapi ya sudah lah.
“iam ok”
Teriak ku dalam hati, sambil tersenyum lebar.
Bergegas aku menuju lantai sepuluh. Acara baru dimulai jam
09.00 tapi disana sudah terlihat puluhan mahasiswa dan mahasiswi yang
berkumpul, sebagian lagi terlihat sedang mengobrol dengan orang tua nya. Ya, aku
ditemani ndut, dhedhe, kak chu, tiga teman setia ku. Mereka selalu setia
menghibur ku saat aku sedih. Kali ini aku lebih memilih menyendiri di ujung
gedung…, meneropong alam yang menghijau, mencoba menghibur diri. Tapi tetap
saja air mata ku bandel.., tetap saja jatuh menetes. Sedih, teringat emak dan bapak
gag sempet dateng..,
“heh.., wayan ngapain disini sendirian? Gag usah isos deh,
mendingan ikutan bareng kita foto foto”
Ndut membangkitkan aku dari lamunanku, dan seketika menyeret
ku ditengah tengah kerumunan teman teman yang sibuk berfoto, menyiapkan pose
paling jihuy buat di jepret ke kamera. Mau gag mau aku ikut gila gilaan bareng
temen temen.
Beberapa menit
kemudian acara segera dimulai. Semua mahasiswa dan mahasiswi serta para orang
tua murid berbondong bondong memasuki ruangan.
Ini hari hari bahagiaku bersama ndut, kak chu, dhedhe, erik,
piyot, dan temen temen lain. Detik detik pemasangan capp.
Seketika ruangan menjadi hening, satu persatu nama mulai di
panggil.
“aan fuji, adnan firdaus,
atiek pudihang, desti fhina, dwi asih”
Satu persatu mahasiswa dan mahasiswi mulai maju ke mimbar,
pasang capp. Nampak para orang tua yang anaknya di panggil terlihat berdiri dan
menjepret anaknya dengan kamera handpone. Begitu seterusnya.
Tiba di urutan terakhir, absen ku paling akhir bersama dengan
winda dan wiji.
Kami bertiga maju sesuai dengan urutan.
Haru lagi dalam benakku. Ketika ku langkahkan kaki ke mimbar,
tak terlihat seorangpun berdiri dan menjepret ku dengan kamera foto.
“ok wayan keep smile, don’t cry”
Gumam ku dalam hati, tapi tetap saja air mataku tetap menetes
dengan indahnya saat capp itu di pasang di kepalaku.
“andai saja kalian menyaksikan aku disini, aku ingin mengukir
senyum di bibir kalian”.
Pikir ku mulai melambung tinggi lagi, berharap keduanya hadir disini.
Tiga hari kemudian, kami mulai
disibukkan dengan kegiatan kampus, karena kampus kita akper husada gag pernah
mengijinkan kami untuk berleha leha membuang buang waktu dengan sia sia.
Setelah capping day, kami langsung di terjunkan praktek ke ruangan. dan saat
itu kami semua gag ada gambaran sama sekali tentang ruang praktek. Tapi ya
tetep sebagai murid yang selalu taat dengan peraturan, kami selalu menyiapkan
diri dengan bekal ilmu yang kami dapat di pendidikan.
Waktu itu aku, dhedhe, ndut, kak
chu, erik gag dines satu ruangan kami dipisahkan. Aku and ndut di paviliun jantung,
dhedhe di paviliun mawar, kak chu and erik di pavilun melati.
“kawan, coba deh liat salah satu ruangan di rumah sakit ini.
Kira kira kalau kalian masuk ke ruang keperawatan itu apa yang akan kalian
lakukan?”
Ucap dikie setengah mengejek.
“ah.., gampang itu. Aku tinggal ketok pintu, ucapin salam,
terus senyum sana senyum sini sama kakak kakak yang ada di ruangan”
Ucap donie konyol
“ahh.., kamu don…, nenek nenek shampoan juga bisa kalo Cuma
sekedar gitu aja. Gag perlu kita kuliah jauh jauh dan mahal mahal”
“hush sudah sudah, gag usah berantem mendingan sekarang kita
langsung ke ruangan”
Ucap ndut menengahi..,
Aku, ndut, donie, dikie menuju paviliun jantung. Melesat
dengan cepat. Setelah beberapa menit akhirnya tiba juga di ruangan.
“subahanallah, jantungku rasanya berdebar lebih kuat. Seolah
olah mau copot, dinginnya ac di ruangan ini membuat aku lebih gugup”
Gumamku dalam hati..,
Setelah pembagian ruangan, aku dan ndut dapet di ruangan yang
sama. Sebisa mungkin jadi perawat yang caring, dan empati. Setiap kali aku dan
ndut mengunjungi kamar pasien pasti selalu senyum. senyum sana senyum sini.
Entah saat itu apa yang ada di benak kita berdua. Kita Cuma berfikir, “inilah
aku, aku sekarang seorang perawat sungguhan” betapa bangga nya kita berdua saat
itu.., walaupun saat itu posisi aku dan ndut hanya sekedar bantu bantu pasien.
Tapi ada rasa yang berbeda. Apa lagi kalo pasien bilang “suster, terimakasih
ya” rasa rasanya ingin sekali melambung tinggi mendengar kata kata itu.
Saat itu aku dan ndut Cuma bisa tersenyum lebar “ia sama sama”
Ternyata bener
apa kata Mr.Strong, beliau selalu bilang “hidup itu ibarat minum jamu. Kalau
kamu minum gulanya dulu terus baru minum jamu nya, itu pasti rasanya gag akan
enak, karena pada ujungnya rasanya pasti pahit. Tapi kalo kamu lebih milih
minum jamunya dulu terus gula nya, pasti akan terasa nikmat. Di awal memang
terasa pahit, tapi di akhir pasti akan terasa manis”
Dari kata kata itu aku berfikir, untuk menginginkan sesuatu gag harus
berjalan lancar dengan apa yang kita harapkan. Like a nurse. Kalau mau berada di posisi atas maka harus
siap
0 komentar:
Posting Komentar